Jumat, 08 Oktober 2010

TANDA IMAN ANDA SEDANG LEMAH

Iman itu ibarat donkrak aja yach…kadang naik turun.” Al-Iman yazid wa yanqush”. Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah. Setidaknya ada 22 tanda yang dijabarkan dalam artikel ini. Tanda-tanda tersebut adalah:
1. Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa.
Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan. Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata : "Setiap umatku mendapatkan perindungan syafaat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, `Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini, padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya." (Bukhari, 10/486) Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman." (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)

2. Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku.

Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini, "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (Al-Baqarah: 74)

3. Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah, Tidak khusyuk dalam
shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur'an. Melamun dalam doa.
Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan
saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, "Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main." (Tirmidzi, hadits nomor 3479)

4. Ketika Anda terasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah.

           
Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu.
Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum'at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, "Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka." (Abu Daud, hadits nomor 679) Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. "Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas." Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan.

5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang.
Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar And suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, "Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati."
(As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)

6. Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur'an.

           
Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut
dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur'an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya. Ketahuilah, Allah swt. berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. " (Al-Anfal:2)

7. Ketika Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya.
Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, "Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali." (An-Nisa:142)

8. Ketika Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata
kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah.

           
Ghirah Anda padam. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan
nahyi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali.
Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, "Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya , maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya. " (Abu Daud, hadits nomor 4345). Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, "Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman." (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)
9. Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi.
Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk
mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan
orang. Narsis banget! Allah berfirman, "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri." (Luqman:18) Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si pemuji, "Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya. " (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim hadits nomor 5321) Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini, "Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir." (Bukhari, nomor 6729) "Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil." (Shahihul Jami, 1420). Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, "Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan `Laa ilaaha illallah', dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang
mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan." (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50) "Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?" tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, "Ya." Rasulullah saw. bersabda, "Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong." (Bukhari, hadits 4537,
dan Muslim, hadits nomor 5092)



10. Ketika Anda bakhil dan kikir.
Ingatlah perkataan Rasulullah saw ini, "Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya. " (Shahihul Jami', 2678)

11. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat.

Ingat Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. "Hai orang-orang yang
beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat." (Ash-Shaff:2- 3) Apakah Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan
dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.

12. Ketika Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesame muslim mengalami kesusahan. Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal.

Ingatlah! Kata Rasulullah saw, "Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain." (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352) Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., "Orang Islam yang manakah
yang paling baik?" Rasulullah saw. menjawab, "Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya." (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)

13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak.
Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, "Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang
menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya." (Muslim, hadits nomor 1599) Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, "Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!" Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan
kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.

14. Ketika Anda mencela hal yang ma’ruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil.
Ini pesan Rasulullah saw., "Jangan sekali-kali kamu mencela yang ma’ruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan
wajahmu tampak berseri-seri kepadanya." (Silsilah Shahihah, nomor 1352) Ingatlah, surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga." (Bukhari, hadits nomor 593)

15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak
mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa
bagi keselamatan mereka pun tidak mau.
Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini, "Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan
kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala." (Silsilah Shahihah, nomor 1137)

16. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda.
"Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya," begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)

17. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam.
Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah." (Ash-Shaff:14)

18. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat
problem yang berat.
Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji." (Al-Ankabut: 2) Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. "Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan
itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya." (Muslim)

19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat.

Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. "Tidaklah
segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan. " (Shahihul Jami', nomor 5633)

20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia.
Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, "Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah
surga bagi orang kafir." (Muslim)

21. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda.
Bukankah Allah swt. telah berfirman, "Dan katakanlah kepada hamba-hamba- Ku: `Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia'." (Al-Israa':53) Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. "Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: `Bagi kami amal-amal kami dan bagimu
amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.'" (Al-Qashash: 55) Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam." (Bukhari dan Muslim)


22. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup.

Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. " (Al-A'raf:31) . Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk, "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros." (Al-Isra':26) Rasulullah saw. bersabda, "Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah." (Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).Diurutan keberapakah kita ?Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ (HR Bukhori)Wallahu’ alam Bishawab



Selasa, 05 Oktober 2010

AL-MUTSANNA DALAM BAHASA ARAB

A.     PENDAHULUAN
Kalimat dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga macam, yaitu isim (kata benda), fi’il (kata kerja) dan huruf.Ditinjau dari ilmu sharaf, Isim banyak pula bagian-bagiannya. Tergantung dari sisi mana kita melihat. Jika kita melihat dari segi bina’nya maka isim terbagi menjadi shahih dan mu’tal. Jika dilihat dari segi jenisnya isim terbagi kepada mudzakkar dan muannats. Jika kita lihat dari segi jumlah atau bilangannya maka isim terbagi menjadi tiga macam, yaitu mufrad (tunggal), mutsanna (dua) dan jamak (lebih dari dua).
Istilah mufrad dan jamak banyak kita temui dalam bahasa lain seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Berbeda dengan istilah mutsanna. Dalam makalah ini penulis akan menjadi memaparkan beberapa hal yang berhubungan dengan mutsanna seperti syarat-syarat mutsanna, lafadz-lafadz yang tergolong mutsanna serta perbandingannya dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Mutsanna
المثنى لغة يقال: ثنّى الشيء أي ردّ بعضه على بعض فتثنّى و انثنى أي ارتدّ و انعطف بعضه على بعض.[1]المْثَُـَنىَّ هُوَ اِسْمُ ٌدَلَّ عَلَى اثْنَـْينِ أَوْ اثْنَتَـينِ بِزِيَادَةِ أَلِفٍ وَنُوْنٍ رَفْعًا, وَيَاءٍ وَنُوْنٍ نَصْبًا وَجَرًّا عَلىَ آخِرِهِ. [2] وَيُفْتَحُ مَاقَبْلَ يَاءِ اْلمُثَنىَّ فىِ حَالَتَينِ النَّصْبُ وَاْلجَرُّ  وَتَكُوْنُ النُّوْنُ مَكْسُوْرَةً فيِ جمَِيْعِ حَالاَتِ اْلاِعْرَابِ.[3]
Al-mutsanna ialah kata benda yang menunjukkan dua baik yang mudzakkar ataupun muannats dengan menambahkan di akhirnya alif dan nun ketika rafa’ serta ya dan nun ketika nashab dan jar. Difatahkan huruf sebelum ya ketika nashab dan jar sedangkan nun selalu di-kasrahkan dalam kondisi apapun.
Dari defenisi di atas diketahui bahwa mutsanna ialah kata benda yang menunjukkan dua atau istilah lainnya double dengan cara menambahkan alif dan nun atau ya dan nun pada akhir kata yang mufrad

2.      al-Mutsanna dalam Bahasa Arab
Pembahasan tentang tatsniyah dalam bahasa Arab adalah pembahasan yang sangat bagus untuk dikaji secara mendalam. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya buku-buku Arab yang membahas tentang topic ini.
Tatsniyah atau mutsanna adalah fenomena bahasa yang terjadi di dalam bahasa Semith, Yunani dan bahasa Sanskerta. Ia juga punya pengaruh terhadap bahasa Jerman. Meski demikian kita bisa katakan bahwa tatsniyah ada fenomena bahasa yang terjadi di bahasa Arab.
Dalam pembahasan ini kita perlu perhatikan kata   اثنان ia termasuk nama bilangan dan nama hari. Kata اثنان (itsnani) adalah kata tertua dalam bahasa Semith.
الاثنان adalah salah satu nama hari dalam bahasa Arab. Orang-orang arab pada zaman jahiliyah tidak menamakan hari-hari mereka dengan isim mufrad. Kata  الاثنان juga merupakan nama bilangan yang dicantumkan dalam kamus-kamus Arab. Diantaranya adalah fi’il ثنى dan isim ثِـْنى yang mungkin isim mufradnya adalah   اثنatau          ثن
Lafadz   اثنان   berasal   dari  bahasa Semith. Dalam bahasa ‘Ibriyah  ثنايم  untuk mudzakkar dan   ثتايم untuk muannats. Dalam bahasa Nejed سنزى  atau سانيت yang berarti hari kedua dalam seminggu. Tidak berbeda halnya dengan bahasa Aramiyah dan Siryaniyah yaitu  ترين(tren) untuk mudzakkar dan ترتين untuk muannats.
Lafadz ini masih hidup dalam bahasa Libanon. Mereka memakainya untuk makna teman dalam permainan yang menuntut dua orang pelaku.
Dalam bahasa Arab lafadz yang menunjuk dua contohnya adalah kata زوج Sebagaimana firman Allah :
u$uZøŠs)ø9r&ur $pkŽÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. £l÷ry 8kŠÎgt/ ÇÐÈ
selain itu juga lafadz  كلاuntuk mutsanna mudzakkar, كلتا Untuk mutsanna muannats.
Ahli nahwu Arab membahas hal ini. Terutama I’rab mutsanna. Menurut mereka alif dalam kata كلا adalah tanda I’rab dan alif pada kata كلتا  (kilta) adalah tanda untuk muannats. Kemudian ulama Kufah berpendapat bahwa alif pada kata  كلا (kila) dan كلتا (kilta) adalah untuk menunjukkan tatsniyah. Menurut ulama Kufah lafadz dan artinya sama-sama menujukkan dua.
Menurut ulama Kufah juga, kata  كلا (kila) berasal dari kata كل (kullu) kemudian lam dibuang dan diganti dengan alif untuk mudzakkar dan ta untuk muannats. Dalam bahasa Aramean Biblique tatsniyah digunakan untuk anggota badan yang berpasangan seperti  يداين(dua tangan),  رجلاين (dua kaki). Tanda tatsniyah-nya adalah ي dan ن .Dalam bahasa Habsyiah tidak mengenal mutsanna kecuali bagi orang-orang pindahan yang tertinggal. Tandanya adalah (a) seperti dalam kata عشرا yang artinyaعشرون  . Dalam bahasa ‘Ibriyah, mutsanna digunakan juga untuk anggota badan yang berpasangan dan benda-benda yang mempunyai dua belahan seperti المقص (gunting) dan الميزان (timbangan). Tanda tatsniyah dalam bahasa ‘Ibriyah adalah ya dan mim yang difatahkan sebelumnya. [4]
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa tanda-tanda mutsanna adalah alif dan nun atau ya dan nun yang difatahkan huruf sebelumnya. Membahas tentang fenomena bahasa dapat dikatakan bahwa mutsanna adalah fenomena bahasa yang khusus terjadi dalam bahasa Arab dengan segala aturan dan syarat-syarat yang dimilikinya.
 Namun jika kita melihat pada Al-Qur’an ditemukan beberapa kalimat yang tidak sesuai dengan qawaid yang telah ditetapkan untuk tatsniyah. Seperti firman Allah dalam surat Yusuf ayat 99 dan 100.[5]
$£Jn=sù (#qè=yzyŠ 4n?tã y#ßqム#ur#uä Ïmøs9Î) Ïm÷ƒuqt/r& tA$s%ur (#qè=äz÷Š$# uŽóÇÏB bÎ) uä!$x© ª!$# tûüÏZÏB#uä ÇÒÒÈ yìsùuur  Ïm÷ƒuqt/r& n?tã ĸöyèø9$# (#ryzur ¼çms9 #Y£Úß ….       
        Pada awal ayat ada kalimat m÷ƒuqt/r& yang menunjukkan mutsanna tetapi diikuti oleh kata #ryz  yang menunjukkan jamak. Selain itu juga ada surat al-Hajj ayat 19:
* Èb#x»yd Èb$yJóÁyz (#qßJ|ÁtG÷z$# Îû öNÍkÍh5u ( ………
           Namun ada juga kita temukan ayat yang sesuai dengan kaidah mutsanna seperti sura Thaha ayat 63:
(#þqä9$s% ÷bÎ) Èbºx»yd  ÈbºtÅs»|¡s9 Èb#yƒÌãƒ br& Oä.%y`̍øƒä ô`ÏiB Nä3ÅÊör& $yJÏd̍ósÅ¡Î0 $t7ydõtƒur ãNä3ÏGs)ƒÌsÜÎ/ 4n?÷WßJø9$# ÇÏÌÈ
Ulama nahwu berpendapat bahwa alasan adanya ayat yang tidak sesuai dengan kaidah tatsniyah tersebut adalah karena menurut mereka pemakaian tanda jamak dalam kata tersebut, maknanya sudah mengandung tatsniyah.
Dalam pembahasan tentang mutsanna juga ada istilah mutsanna taghlibi yaitu istilah yang dipakai untuk memberi nama pada dua benda yang hampir sama satu sama lain. Baik karena kemuliaanya, kemasyhurannya ataupun karena peranannya. Maka ditulislah sebutan tersebut dengan mutsanna. Yang mengandung arti nama untuk dua benda itu. Contoh :
العمران       : لأبي بكر وعمر
القمران       : للشمس والقمر[6]
الأبيضان      : اللبن والماء
الأجدان       : الليل والنهار
الأحمران      : الذهب والزعفران
الأذانان       : الأذان والإقامة[7]

Mutsanna adalah pembahasan yang tidak dibahas terlalu mendalam kecuali dalam bahasa Arab Karena dalam Indonesia dan bahasa Inggris hanya ditemukan bentuk tunggal (satu) dan jamak (lebih dari satu). Dari contoh-contoh yang sudah dipaparkan tadi lebih menguatkan bahwa bahasa Arab punya kelebihan dari bahasa-bahasa lain di dunia. Al-Qur’an merupakan bukti keindahan uslub-uslub yang ada dalam bahasa arab.

3.      Syarat-syarat Tatsniyah
Sayid Ahmad al-Hasyimi dalam bukunya al-Qawaid al-Asasiyah li al-Lughah al-‘Arabiyah berpendapat bahwa syarat-syarat suatu kata bisa dijadikan tatsniyah ada delapan[8]. Yaitu:
a.       Mufrad. Kata benda yang berbentuk mutsanna atau jamak, ism jama’, dan ism jins tidak bisa diubah menjadi bentuk mutsannaكتاب – كتابان
b.      Mu’rab. Kata benda yang mabni tidak bisa diubah menjadi mutsanna. Seperti isim isyarah, istifham dan lain-lain.
c.       Tidak murakkab. Kata yang murakkab tidak bisa diubah menjadi mutsanna
d.      Nakirah. Ism ‘alam tidak bisa diubah kepada tatsniyah جمادى الأولى-جمادى الثانية- جمادين
e.       Ittifaq al-lafdz. Tidak boleh mutsanna pada isim yang hanya ada satu (tidak ada yang kedua) Contoh شمس
f.        Ittifaq al-ma’na. musytarak tidak boleh mutsanna baik musytarok lafdzi maupun majazi. Contoh   الأحمران : للذهب والزعفران
g.       Tidak istisna’. Tidak boleh mutsanna pada huruf istisna’     سواى
h.       Keberadaannya dapat dilihat. Tidak boleh mutsanna pada kata   الشمس-القمر-سهيل
4.      Lafadz-lafadz yang Tergolong Mutsanna
Mengenai lafadz-lafadz yang tergolong mutsanna terdapat banyak kesamaan pendapat dari para ahli nahu[9]. Diantaranya pendapat Fuad Ni’mah dalam bukunya Mulakhkhash Qawaid al-Lughah al-‘Arabiyah mengatakan bahwa ada lima lafadz yang tergolong mutsanna, yaitu:
 اثنان- اثنتان-ثنتان  baik ketika idhafat kepada dhahir atapun dhamir. كلا-كلتا Dengan syarat idhafat kepada dhamir.

5.      Mutsanna dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Mutsanna adalah suatu istilah yang sulit untuk ditemukan padanannya dibahas Indonesia. Karena dalam bahasa Indonesia hanya didapati istilah tunggal dan jamak. Tunggal adalah satu dan setiap yang lebih dari satu adalah jamak. Namun tidak demikian dengan bahasa arab. Dalam bahasa arab, ada istilah untuk yang bermakna dua. Jadi jamak bukannya sesuatu yang lebih dari satu, akan tetapi lebih dari dua. Sesuatu yang bermakna dua disebut dengan tatsniyah atau mutsanna.[10]
Contoh:        قلم(satu buah pena), قلمان (dua buah pena),  اقلام (banyak pena/beberapa pena).
Seperti halnya bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris juga tidak ada istilah mutsanna. Yang ada hanya singular (tunggal) dan plural (jamak). Dalam bahasa Inggris juga ada bebrapa aturan dalam merubah sebuah kata benda tunggal kepada bentuk jamak[11]. Yaitu:
a.       Dengan menambahkan “s” atau “es” pada akhir kata benda. Akhiran “es” hanya untuk kata kerja yang huruf akhirnya s, ss, ch, x atau z. Contoh:
Singular      : book                          Plural    : books
                   Class                                         classes
                   Beach                                       Beaches
                   Box                                           Boxes           
b.      Kata benda yang akhirannya “f” harus diganti dengan “v” lalu ditambahkan “es” jika ingin merubahnya dari singular menjadi plural. Contoh:
Singular      : Knife                          Plural                : Knives
                    Wife                                                     Wives
                    Self                                                      Selves
c.       Kata benda yang akhirannya “y” harus diganti dengan “i” lalu ditambahkan “es” jika ingin merubahnya dari singular menjadi plural. Contoh:
Singular      : ally                             Plural                : allies
                    Spy                                                      Spies




C.     KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dari pembahasan di atas penulis menyimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengna mutsanna:
1.      Mutsanna adalah istilah yang dipakai dalam bahasa Arab untuk menunjukkan benda yang jumlahnya dua. Dengan cara menambahkan alif dan nun atau ya dan nun pada akhirnya sesuai dengan kondisi I’rab kata tersebut
2.      Syarat-syarat tatsniyah ialah mufrad, mu’rab, tidak murakkab, nakirah, ittifaq lafdzi, ittifaq ma’na, tidak istisna’ dan jelas keberadaannya
3.      Lafadz-lafadz yang tergolong mutsanna ialah اثنان- اثنتان-ثنتان- كلا-كلتا
4.      Istilah mutsanna tidak ada di dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Yang ada pada dua bahasa tersebut hanya istilah tunggal (satu) dan jamak untuk menamakan sesuatu yang lebih dari satu.




[1] Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1992),    h, 75
[2] Al-Sayid    Ahmad     al-Hasyimi, al-Qawa’id  al-Asasiyah li al-Lughah al-‘Arabiyah,  ( Jakarta: Dinamika Berkah Uama ), h. 55
[3] Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawa’id al-Lughah al-‘Arabiyah, (Beirut: Dar al-Tsaqafah al-Islamiyah), h. 17
[4] Ibrahim al-Samiriy, Fiqh Lughah al-Muqaran, (Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin), h, 75-80
[5] Ibid, h, 81-84
[6] Ibid, h, 90-91
[7] http://www.drmosad.com/index16.htm  diakses tanggal 10 Mei 2010

[8] Al-Sayid    Ahmad     al-Hasyimi, Op.cit, h. 57-59, pendapat yang sama dikemukakan oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar  al-Suyuthi dalam buku Ham’u al-Hawami’ fi Syarh Jam’u al-Jawami’
[9] Fuad Ni’mah, Op.cit, h. 19 (lihat juga Al-Sayid    Ahmad     al-Hasyimi, al-Qawa’id  al-Asasiyah li al-Lughah al-‘Arabiyah, h, 57. ia berpendapat bahwa lafadz-lafadz yang tergolong kepada mutsanna adalah  اثنان- اثنتان-ثنتان- كلا-كلتا
[10] http://arabic.web.id/dasar-pengenalan/perubahan-isim-dari-bentuk-tunggal-ke-dua-dan-jamak/ diakses tanggal 10 Mei 2010
[11] http://www.englishclub.com/grammar/verbs-m_plural-singular.htm diakses tanggal 10 Mei 2010